Dalam bahasa agama, konsep humanisasi adalah terjemahan kreatifdari amar al ma’ruf yang makna asalnya menganjurkan menegakkan kebajikan. Dalam bahasa ilmu, secara etimologi, humanisasi berasal daribahasa latin humanitas yang artinya “makhluk manusia”, “kondisi menjadimanusia”. Secara terminologi berarti memanusiakan manusia,menghilangkan kebendaan, ketergantungan, kekerasan, dan kebencian darimanusia.Berdasarkan pemahaman tersebut, menurut Kuntowijoyo, konsephumanisasi ini berakar pada humanisme-teosentris, oleh sebab itu tidakdapat dipahami secara utuh tanpa memahami konsep transendensi yangmenjadi dasarnya.Humanisme-teosentris, maksudnya adalah manusia harus memusatkandiri kepada Tuhan, tetapi tujuannya adalah untuk kepentingan manusiasendiri. Maksudnya, keyakinan religius yang berakar pada pandanganteosentris, selalu dikaitkan dengan amal atau perbuatan manusia, keduanyamerupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Ia berpandangan,humanisme-teosentris inilah yang merupakan nilai inti (core-value) dariseluruh ajaran Islam.Menurut Ali Syari’ati, dalam khazanah filsafat barat, dikenal adanyafilsafat humanisme yang menyatakan oposisi terhadap filsafat-filsafat keagamaan (didasari oleh kepercayaan yang serba ghaib dan supranatural)yang bertujuan untuk memulihkan martabat manusia.Ali Syari’ati menambahkan, filsafat humanisme (barat) berpandanganbahwa tidak ada dewa-dewa, tidak ada hubungan antara manusia dengansurga, serta menitikberatkan pada alam antroposentris atau untukmenjadikan manusia sebagai batu ujian kebenaran dan kepalsuan, sertamemakai manusia sebagai kriteria keindahan dan untuk memberikan nilaikeindahan pada bagian kehidupan yang meningkatkan kekuatan dankesenangan manusia.Dengan kata lain, manusia menjadi pusat kebenaranetika, kebijaksanaan, dan pengetahuan. Manusia adalah pencipta, pelaksana,dan konsumen produk-produk manusia sendiri.Menurut Ali Syari’ati, humanisme adalah ungkapan dari sekumpulannilai Ilahiah yang ada dalam diri manusia yang merupakan petunjuk agamadan moral manusia, yang tidak berhasil dibuktikan adanya oleh ideologiideologimodern akibat pengingkaran mereka terhadap agama.dalam pandangan Erich Fromm, manusia saat ini memasuki revolusiindustri tahap dua yang bukan hanya mengganti energi hidup dengan mesinmesin,tapi pikiran manusia pun diganti oleh mesin-mesin. Dengan pikirannya, manusia menciptakan mesin-mesin untuk mengganti pikirannyasendiri. Ketika mesin-mesin sudah menguasai pikiran manusia, secara tidaksadar manusia saat ini telah berhenti menjadi manusia, beralih menjadirobot-robot yang tidak berpikir atau pikirannya dikendalikan dan tidakberperasaan. Jika begitu, maka teknologi yang seharusnya menjadi alatkemanusiaan untuk melepaskan diri dari perbudakan kerja, justru berubahmenjadi suatu mekanisme yang memperbudak manusia sendiri.Menurut penulis, pandangan Kuntowijoyo yang mengusulkanhumanisme-teosentris sebagai ganti humanisme-antroposentris dalampandangan barat menjadi salah satu alternatif dalam menghadapi globalisasidengan arus industrialisasinya.Jika selama ini humanisme ditentukan oleh nilai- nilai antroposentrisyang diukur dengan rasionalitas, maka dengan humanisme-teosentris,kemanusiaan tidak lagi diukur dengan rasionalitas, tetapi dengantransendensi. Transendensi-lah yang akan mengembalikan dimensi maknadan tujuan yang telah hilang dari kehidupan manusia teknokratis.Salah satu efek industrialisasi menurut Kuntowijoyo adalahterbentuknya masyarakat abstrak, masyarakat tanpa wajah kemanusiaan. Manusia telah menjadi robot alias mesin-mesin industri. Manusia telah mengalami obyektivasi ketika berada di tengah-tengah mein- mesin politikdan mesin-mesin pasar. Kemajuan ilmu dan teknologi, disadari atau tidak,juga telah membantu kecenderungan reduksionistik yang melihat manusiadengan cara parsial. Maka menjadi tepat apa yang dikatakan Kuntowijoyo,bahwa tujuan humanisasi adalah memanusiakan manusia.Apa yang diakatakan Kuntowijoyo di atas telah disinyalir oleh AliSyar’ati, bahwa mesin-mesin sebagai hasil sains yang semula menjadi alatbagi manusia untuk menjadikannya penguasa atas alam dan dibebaskan dariperbudakan kerja, kini berubah menjadi sistem mekanis yang membelenggumanusia. Manusia telah me njadi bulan-bulanan dari sistem mekanis yangberat dan kejam dengan kepemimpinan tekno-birokratis yang tidakmengenal belas kasihan. Senada dengan Syari’ati, Imam Tholkhah menyebut salah satu efekmodernisasi global (salah satu tandanya adalah industrialisasi yang massif)adalah menggiring manusia ke arah alienasi, yaitu sebuah kondisi manusiayang asing dari kesejatian diri dan lingkungannya, manusia jatuh menjadipribadi-pribadi yang miskin spiritual, dan terjebak dalam lembah materialindividualistis.Kuntowijoyo menambahkan, musuh humanisasi lainnya adalahagresivitas kolektif. Ia mencontohkan kerusuhan massal yang dilakukan oleh mass man (manusia massa) yang terjadi di Indonesia akhir-akhir inidengan berbagi macam sebabnya. Menurutnya, ini disebabkan olehkekumuhan material yang berkembang menjadi kekumuhan spiritual.Humanisasi berusaha mencegah agar kekumuhan material tidakberkembang menjadi kekumuhan spiritual.Aspek lain yang menjadi titik tuju dari humanisasi adalah loneliness(privatisasi, individuasi), yang saat ini sudah menggejala dalam masyarakatkota. Misalnya dalam lingkup kecil, tak jarang ada keluarga yang takmengetahui perihal tetangganya. Pola hidup sendiri dan cenderungmengacuhkan masyarakat sekitarnya ini biasanya dapat kita lihat padamasyarakat menegah ke atas. Menurut Kuntowijoyo, meskipun orang kotahidup bergerombol, sebenarnya mereka hidup sendiri-sendiri. 34 Saat ini,yang masih punya fungsi melawan loneliness kota adalah adanya pengajian,pertemuan PKK, karang Taruna, dan anjangsana tingkat RT/RW.Kuntowijoyo menambahkan perlunya usaha untuk mengangkatkembali martabat (emansipasi) manusia, humanization (menurut Fromm,1968), karena manusia dalam zaman industri mudah sekali terjatuh ataukehilangan kemanusiaannya.Revolusi industri yang saat ini merambah pada revolusi sains danteknik yang luar biasa telah menimbulkan problem-problem moral yang belum pernah terjadi. Maka diperlukan adanya bimbingan supaya manusiamampu menuju nilai-nilai luhur kemanusiaan, yang di satu sisimendapatkan maknanya dari nilai- nilai transendensi.Jika dalam Al-Qur’an Surat At-Tin ayat 5-6 dikatakan bahwa manusiaitu mudah terjatuh ke tempat yang paling rendah, kecuali orang-orang yangberiman dan beramal saleh, maka menurut Kuntowijoyo ini adalah ayathumanisasi, yaitu iman dan amal saleh yang mempunyai implikasi sangatluas.